Sabtu, 09 Oktober 2010

KAJIAN KASUS MKM IPB 09

ISOLASI DAN KARAKTERISASI STRAIN VIRUS INFECTIOUS BURSAL DIESEASE (IBD) DARI AYAM BROILER DI BANGLADESH

Abstrak
Lima puluh sampel bursa fabrisius dari ayam broiler di koleksi dari 3 peternakan ayam swasta yang berbeda dan Bangladesh Agriculture university (BAU). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi virus IBD. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu buln agustus sampai september 2002. Bursa fabrisius yang telah dikoleksi di simpan pada suhu -20⁰C selama proses isolasi virus chicken embryo fibroblast (CEF) pada kultur sel. Dari 50 sampel bursa fabrisius yang dikoleksi dari sel CEF, terdapat 40 sampel yang positif terhadap virus IBD. Masing-masing isolat virus IBD tersebut di karakterisasi dengan metode Agar Gel Immunodiffusion Test dengan menggunakan polyclonal sera spesifik. Isolat strain M6 virus IBD menyebabkan angka kematian 100% pada ayam umur 5 minggu yang diinjeksi secara intra muscular. Sebagai kesimpulan dari pelitian ini adalah adanya hubungan angka kematian ayam yang tinggi antara kejadian alami dan penelitian ini.
Pendahuluan
Kasus Infectious Bursal Disease atau juga dikenal dengan penyakit Gumboro pertama kali terjadi di peternakan-peternakan dekat dari Gumboro Delaware, USA (Cosgave, 1962). Gejalanya akut, menyerang anak ayam, penykit ini disebabkan oleh famili Birnaviridae (Calnek et al, 1997). Semua peternakan ayam di dunia, termasuk Bangladesh telah melaporkan penyakit tersebut. Walaupun IBD pernah mewabah pertama kali di Bangladesh pada tahun 1992, tetapi penyebab agen penyakit pertama kali di isolasi dan diidentifikasi oleh Chowdhury et al dan Rahman et al., (1996). Mc. Ferran et al., (1980) melaporkan bahwa ada 2 serotipe virus IBD tetapi hanya serotipe 1 yang patogen pada ayam. Serotipe 1 mempunyai 9 strain yang telah diklasifikasi oleh Brown dan Grieve (1992), walau sub tipe nya multiple tetapi standar serotipe 1 dapat dihubungkan dengan gejala klinis (Brown dan Grieve 1992). Kadang-kadang sifat molekuler dan antigenik dari isolat virus IBD Bangladesh mempunyai kesamaan dengan strain virulensi asal Eropa, Asia dan Afrika. Lebih jauh, jurnal ini menggambarkan tentang isolasi dan karakterisasi isolat virus IBD lokal.
MATERI DAN METODE
1. Koleksi Bursa Fabrisious
Lima puluh ayam broiler umur 2-5 minggu dikoleksi bursa fabriousnya secara aseptis selama bulan agustus sampai september 2002). Sampel bursa tersebut kemudian disimpan pada suhu -20⁰C sampai proses penelitian selesai.
2. Koleksi Suspensi bursa Fabrisious
Sampel bursa fabrisious dipotong kecil-kecil dan dihancurkan dengan menggunakan mortar dan pesttle. Buat suspensi 10% dengan cara menambahkan pelarut PBS dan homogenkan, kemudian centrifuge selama 15 menit 3000 rpm. Supernatan dikoleksi dan ditambahkan antibiotik (penicillin 10.000.000/ml dan streptomicin 10mg/ml. Inkubasikan pada temperatur ruangan selama 45 menit dan shake gently setiap 10 menit. Suspensi diinokulasikan pada media agar darah steril untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi bakteria. Media agar darah tersebut diinkubasikan pada suhu 37⁰C selama 24 jam. Bila suspensi tersebut steril dari kontaminasi bakteri maka suspensi digunakan sebagai inokulum untuk isolasi virus.
3. Cytopathic Effect (CEF)
CEF kultur sel disiapkan menggunakan embrio ayam umur 9-10 hari dengan menggunakan trypsonisasi hangat. Confluent monolayer CEF dtumbuhkan pada plat tissue kultur dalam 24 sumur yang digunakan untuk mengisolasi virus. Setelah 24 jam pembiakan, sel akan penuh confluent. Kemudian medium tumbuh dibuang dari sumur dengan menggunakan pipet. Setiap 0,05ml sampel diinokulasi ke dalam sel sheet pada sumur. Gunakan 2 sumur sebagai kontrol. Selanjutnya plat diinkubasikan pada suhu 37⁰C dalam inkubator (humidified) selama 1 jam supaya virus terserap. Tambahkan 1 ml maitenante mdium ke dalam setiap sumur dan plat dikembalikan ke inkubator. Sel dapat dilihat di bawah mikroskop setiap hari untuk mengetahui CPE. Pada hari ke-5 post infeksi, sel pada plat dibekukan pada -20⁰C. Dua atau lebih di pasage sebelum sampel dinyatakan negatif. Lakukan vigorous pepetting untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan dari penelitian ini. Cairan tissue kultur dari 2 dinding diinokusi sampel di rendam. Inokulasi ulang pada 2 dinding tersebut untuk mendapatkan sel terbaru.
4. Panen Virus
Ketika manifestasi CPE telah maximum, cairan kultur jaringan di panen setelah 3 x siklus feezing, thowing dan vigorous pipetting. Pemanenan cairan kultur jaringan setelah di sentrifuge selama 20 menit pada 3000 rpm, kemudian cairan supernatan dikoleksi.
5. Agar Gel Immunodiffusion Test
Isolat virus dari 40 sampel lapangan yang positif diidentifikasi dengan metode AGIDT sebagai virus IBDV dengan menggunakan spesific polyclonal serum terhadap virus IBDV. Preparasi virus dibagi dalam 1 ml dalam vial-vial kemudian disimpa dalam suhu -20⁰C.
6. Determinasi Chick Infective Dose Fifty (CID50)
Ayam umur 50 hari di isolasi dalam kandang. Selama 32 hari, ayam dikelompokkan menjadi 10 kelompok dan masing-masing terdiri dari 5 ekor. Sembilan kelompok di injeksi secara intra muscular dengan menggunakan suspensi virus IBD (dari stock virus M6 IBDV). Suspensi virus tersebut dibuat dengan dosis berseri yaitu 10-1 sampai 10 -9. Maka ayam-ayam tersebut akan menunjukan gejala klinis dan kematian bila memungkinkan. Akhir dari penelitian diharapkan ada beberapa yang mati.


HASIL DAN DISKUSI
Empat puluh dari 50 sampel bursa fabrisious positif terhadap virus IBD pada CEF sel kultur namun 10 dri 50 sampel yang ada adala negatif. Isolasi virus IBDV pada penelitian ini menggunakan CEF sel kultur dan embrio ayam berbeda nyata dengan isolat virus IBD oleh Lusio et al. (1971) dan Jayaramaiah dan Malick (1974). Pada penelitian mereka, isolat virus IBD dari sampel lapangan dengan mudah ditemukan pada embrio ayam. Kegagalan pertumbuhan dan propagasi virus IBD asal lapangan pada embrio ayam mungkin disebabkan oleh adanya faktor maternal antibodi dalam embrio ayam. Keberhasilan dalam mengisolasi virus IBD asal sampel lapangan pada penelitian ini dengan menggunakan CEF sel kultur terekomendasi oleh El-bieriary et al (1997) dan kumal et al. (2000). Pada penelitian mereka, mereka telah menemukan isolat virus IBD asal sampel lapangan pada CEF sel kultur lebih baik dibanding indikator host system lainnya. Isolat virus dari 40 sampel lapangan yang positif diidentifikasi dengan metode AGIDT yang menggunakan spesific polyclonal serum terhadap virus IBD asal kelinci sebagai virus IBD. Hasil penelitian ini direkomendasikan oleh El Zein et al., (1974). Dalam penelitiannya, mereka dapat mengidentifikasi virus IBD asal lapangan dengan AGIDT yang diinkubasikan selama 48 sampai 72 jam dengan menggunakan spesific polyclonal serum terhadap virus IBD. Isolat strain M6 virus IBD di uji dengan CID50 yaitu dengan menggunakan 9 larutan virus berseri (10-1 sampai 10 -9) pada ayam dan hasilnya menunjukkan bahwa pada10-4 CID50/dose yang terisolasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar