Selasa, 28 Juli 2009

Eka, sosok gadis manis asli desa Bumiayu, Wonomulyo, Polman

Eka, sosok gadis manis asli desa Bumiayu, Kec. Wonomulyo, Polman yang keukeuh meninggalkan Orangtua dan adiknya, hanya demi sebuah cita-cita untuk mengenyam dunia pendidikan di Pulau Jawa. Pendiriannya tak terpatahkan oleh satu bentuk rayuan apapun. Padahal masa depannya masih tergantung atas perjuangannya. Coba bayangkan, hidup jauh dari sanak saudara bagaikan hidup sebatang buah kara. Apalagi bepergiannya tanpa restu keluarga.
Ketika Eka hendak meninggalkan rumah, Eka tanpa sadar telah mencuci kedua kaki mamanya dan meminum air cucian kaki tersebut. Ia lakukan hal tersebut hanya karena ingin mendapatkan restu dari mamanya. Deraian air mata pun jatuh membasahi pipinya. Namun itu semua tak mampu meluluhkan hati sang mama. Sebaiknya sang papa, ia diam dan tanpa komentar apapun.

Eka termotivasi untuk merantau atas cerita-cerita neneknya tentang dunia pendidikan di pulau Jawa. Yah, neneknya bagai Kartini Kedua bagi Eka. Akhirnya Eka sampai di pulau Jawa dan dapat mengikuti berbagai seleksi di universitas dan saat ini ia sedang menunggu pengumuman seleksi universitas. Sangat mengharukan, karena Eka tidak mempunyai uang sepeser rupiah pun.

Hari-hari Eka melewati waktu untuk training kehidupan kota besar. Eka yang terbiasa hidup manja bersama keluarganya, sekarang mesti training untuk belajar memasak, menyapu, mencuci pakaian, menyeterika pakaian, berjualan keliling kampung, mengajar privat bahasa inggris dan matematika. Ia pun harus membantu memandikan dan mencukur bulu domba bahkan mengumpulkan kotoran domba hingga ratusan karung dalam deadline waktu.

Sebenarnya kami tidak tega memperlakukan dia seperti ini. Namun walau bagaimana kami harus mengubah pola fikirnya yang manja. Kami ingin Eka bisa mandiri dan mulai belajar bertanggung jawab. Karena hidup dirantau mesti mawas diri, banyak ibadah dan berjuang keras. Apalagi hidup di kota metropolitan, kita mesti punya seribu kemampuan. Dan bagi anak-anak asal kampung mestinya secepatnya beradaptasi dengan lingkungan yang baru, tentu dalam batasan yang positif.

Eka lebih beruntung dibanding beberapa temannya yang lain di kampung, beberapa teman Eka di kampung sejak kecil part time demi kelanjutan jenjang pendidikannya. Orang tua mereka biasanya mengajari anak-anaknya untuk latihan mencari uang agar tahu pahit-perihnya para orangtua mencari nafkah. Selain itu alasan para orangtua biasanya karena khawatir kalau anak-anaknya menjadi anak yang kurang hajar, maklum anak-anak sekarang ogah-ogahan pergi ke sekolah kecuali difaselitasi kendaraan roda 4 atau roda 2 dengan uang jajan yang tinggi. Demikian dengan kenakalan remaja yang mulai memajuki dunia orang kampung.

Saran:

Kepada para orangtua sebaiknya tetap memberikan doa-restu kepada putra-putrinya yang merantau karena dengan doa-restu orangtua akan memberikan motivasi kepada sang anak untuk meraih prestasi sehingga kesuksesan bisa di raih. Jangan khawatir kalau tidak punya dana, karena sebenarnya banyak orang baik hati di negeri kita ini.

Kepada adik-adik yang mempunyai kisah serupa dengan Eka sebaiknya tetaplah menjaga komunikasi dengan orang tua; jauhkan rasa iri hati atau cemburu dengan teman-teman lain yang nasibnya lebih baik; tetaplah menjadi anak yang baik, rajin ibadah dan hemat;mulailah belajar menerima diri sendiri; mulailah jaga silahturahmi dengan para senior sekolah (SMA); mulailah rajin membaca koran atau internet; jadikanlah media masa atau internet sebagai sumber inspirasi; jangan terbawa arus, namun milikilah pendirian; berfikirlah yang logis-logis saja dls.

1 komentar: